MAKALAH
PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AKHIR
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pembina: Mualifah
Disusun oleh :
Kelompok 9
Choirul Arif K (10410082)
Fithroh Thoyyibah (10410156)
Dewi Wuryan (10410051)
Rosmiati Hamdani (10410099)
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Sosio-Emosional Pada Masa Dewasa Akhir” ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan. Kami berharap makalah ini sedikit banyaknya memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri umumnya bagi semuanya.
Makalah ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan. Oleh karena itu, kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi kritik dan saran dalam upaya penyempurnaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 12 Oktober 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar brlakang
Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau yang lebih dikenal dengan istilah perkembangan rentang hidup (life span development), wilayah pembahasannya tidak lagi terbatas pada perubahan perkembangan selama anak – anak dan remaja saja, melainkan juga menjangkau masa dewasa, menjadi tua, hingga meninggal dunia. Perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, mulai dari masa konsepsi berlanjut ke masa sesudah lahir, masa bayi, anak – anak, remaja, dewasa hingga menjadi tua.
Dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun. Pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40 – 45 tahun, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40 – 45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampaI meninggal (Feldman, 1996).
Selama manusia berkembang terjadi perubahan – perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir, motif – motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya disebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses menjadi tua ini banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi diri senddiri.
Pada periode akhir dari rentang kehidupan manusia ini, seseorang meninjau hidupnya, melihat ke belakang melalui catatan – catatan perkembangan dan menevaluasi seperti apa catatan – catatan itu. Untuk menambah pengetahuan mengenai perkembagan sosial dan emosional pada lansia, maka pada setiap sub bab dalam makalah ini akan di uraikan tentang aspek – aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa lanjut.
Tujuan
a.Untuk memperluas wawasan kita tentang ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan
b.Memahamkan para anak didunia agar lebih bisa memahami orang tua atau kakek dan nenek mereka.
c.Untuk meningkatkan rasa empati kita terhadap orang yang sudah memasuki masa Lansia.
d.Untuk menciptakan pemahaman yang tepat terhadap para orang tua yang telah memasuki masa Lansia.
e.Agar bisa bermanfaat kepada semua orang khususnya bagi kami sendiri.
Manfaat
a.Dapat meningkatkan silahturahmi antara keluarga
b.Meningkatkan rasa empati kita terhadap orang yang sudah memasuki masa Lansia.
c.Mara orang Lansia bisa menentukan sikap yang tepat dalam menjalani hidupnya.
d.Dapat membuat kita para anak, bisa menentukan sikap yang tepat terhadap orang yang telah memasuki masa Lansia
e.Bisa menghandirkan pemikiran positive pagi orang yang telah memasuki masa lansia.
f.Menciptakan semangat baru bagi arang yang telah memasuki masa Lansia
Deskripsi Kasus
Pada masa dewasa akhir, kita menyadari bahwa kehidupan kita berjalan kedepan tetapi dipahami dengan memandannya kebelakang. Pada periode akhir dari rentang kehidupan manusia ini, kita meninjau hidup kita, melihat kebelakang melalui catatan – catatan perkembangan kita dan mengevaluasi seperti apa catatan – catatan ini. Berikut ini adalah diskriptif tentang sebua kasus yang dialami orang lansia atau orang yang telah meninjak masa dewasa akhir.
Edna adalah wanita berusia 75 tahun yang menyediaakan sebagian besar waktunya untuk merefleksikan seperti apakh kehidupan pribadinya sejak ia memasuki masa dewasa akhir. Akhir – akhir ini, ia berpikir mengenai dirinya sendiri :
Aku banyak berpikir mengenai kehidupanku – menarik pikiranku kebelakang mengenai berbagai peristiwa. Pikiran – pikiran masa lalu dating kedalam pikiranku saat aku melihat anak – anakku dan anak – anak mereka. Ketika aku berjalan disisi jalan aku berpikir kembli kesaat aku masi seorang gadis cilik… kesaat – saat menyenagkan bersama teman – teman dan orang tua ku. Aku berpikir tengtang suamiku, pernikahanku….saat kita bersusah payah memenuhi kebutuhan. Ia telah pergi sekarang, namun aku memiliki sangat banyak kenangan yang indah tentang dirinya.
Pada kesempatan lain, Edna lewat didepan sebuah cermin dan melihat pada dirinya sendiri :
Aku melihat seluruh keriput dan seorang wanita tua kecil yang tubuhnya menyusut. Aku berkata pada diriku sendiri bagaimana aku kelihatan tua. Ini membuatku berpikir tentang kematian. Ini membuatku berpikir tentang masa lalu-apakah aku telah melakukan kesalahan, apakah aku telah melakukan dengan benar.
Beberapa tahun yang lalu telah suaminya meninggal Edna dirawat dirumah sakit selama 2 bulan ia memikirkan dirinya sendiri :
Aku merasa tidak bahagia begitu depresi. Suamiku pergi selamanya. Aku marah. Aku benci semuanya ini. Mengapa hal ini terjadi dengan cara seperti ini ? aku marah pada diriku sendiri ketika aku melihat diriku sendiri aku berpikir, “kamu dapat melakukan sesuatu yang lebih baik mungkin jika kamu melakukan sesuatu yang berbeda kamu tidak akan merasa seperti ini”.
Pada kesempatan lainnya, sekitar 6 bulan setelah ia meninggalkan rumah sakit, refleksi yang dilakukan Edna menampakkan beberapa hasil yang adaptif dan konstruktif :
Aku lebih optimis memandang kehidupanku sekarang dari pada 6 bulan. Aku memiliki 6 cucu yang manis dan dua anak perempuan hebat. Aku memutuskan untuk memiliki sebuah tape recorder dan berbicarah mengenai perasaan positif yang telah aku alami belangan ini tentang kehidupanku. Aku ingin memberitahukan kisah hidup ku sehingga cucu – cucuku dapat mendengarkannya saat mereka tumbuh dewasa. Aku melakukannya seperti aku menuturkan cerita secara langsung pada mereka. Aku berharap mereka akan mendengarkannya setelah aku tiada.
BAB II
KAJIAN TEORI
TEORI –TEORI SOSIAL TENTANG PENUAAN
Terdapat beberapa teori social tentang penuaan, diantaranya adalah:
1.Teori Pemisahan (disengamen theory)
Teori ini menyatakan bahwa orang – orang dewasa lanjut secara perlahan – lahan menarik diri dari masyarakat. (Cumming & Henry, 1961). Menurut teori ini, orang – orang dewasa lanjut / lebih dikenal dengan masa lansia mengembangakan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation), mengurangi hubungan emosional dengan orang lain dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Jadi, penurunan interaksi social dan peningkatan kesibukan terhadap dirinya sendiri di anggap mampu meningkatkan kepuasan hidup di kalangan orang – orang dewasa lanjut.
2. Teori Aktivitas (activity theory)
Teori yang kedua ini menyatakan bahwa semakin orang – orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakian kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Menurut teori ini, individu – individu seharusnya melanjutkan peran masa – masa dewasa tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir, jika peran – peran itu di ambil dari mereka ( seperti dalam PHK), penting bagi mereka untuk menemukan peran – peran pengganti yang akan memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktivitas – aktivitas kemasyarakatan.
3.Teori Rekontruksi Gangguan Sosial (social breakdown-reconstruc-tion theory)
Teori social mengenai penuaan yang ketiga ini menyatakan bahwa penuaan di kembangkan melalui fungsi psikologis negative yang di bawa oleh pandangan – pandangan negative tentang dunia social dari orang – orang dewasa lanjut dan tidak menandainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekontruksi social dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia social dari orang – orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan system – system yang mendukung mereka. Di bawah ini adalah gambar Sindrom Gangguan Sosial,
TEORI –TEORI EMOSI TENTANG PENUAAN
1.GENDER, Beberapa ahli perkembangan percaya bahwa terjadi penurunan feminitas pada wanita dan penurunan maskulinitas pada laki-laki saat mereka mencapai tahun-tahun masa dewasa akhir (Gutman,1975 0. Bukti menyatakan bahwa laki-laki pada usia lanjut lebih feminine- berjiwa pengasuh (nurturant ), sensitive dan sejenisnya meskipun nampaknya wanita tidak perlu menjadi lebih maskulin-asertif, dominan, dan sejenisnya (Turner, 1982).
2.Integritas versus Keputusasaan (Erikson) Dalam pandangan Erikson, tahun – tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita. Melalui beberapa jalan yang berbeda, orang dewasa lanjut telah mengembangkan suatu harapan yang positif di setiap periode sebelumnya. Jika demikian, pandangan masa lalu (retrospective glances) dan kenangan akan menampakkan suatu gambaran dari kahidupan yang dilewatkan dengan baik, dan seorang dewasa lanjut akan merasa puas (integritas).\
3.Pengolahan kembali tahapan akhir Erikson oleh Robert Peck
Robert Peck (1968) mengerjakan kembali tahapan akhir perkambangan dari Erikson, integritas versus keputusasaan, dengan menggambarkan tiga tugas – tugas perkembangan, atau isu – isu, yang dihadapi pria dan wanita saat mereka tua, yaitu :
1.Diferensiasi versus kesibukan dengan peran (differentiation versus role preoccupation) merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana orang – orang dewasa lanjut harus mendefinisikan nilai dirinya dalam istilah yang berbeda dari peran – peran kerja. Peck percaya orang – orang dewasa lanjut perlu mengejar serangkaian aktivitas yang bernilai sehingga waktu yang sebelumnya dihabiskan di dalam suatu pekerjaan dan dengan anak – anak dapat terisi.
2. Kekuatiran pada tubuh versus kesibukan dengan tubuh (body tranctendence versus body preoccupation) merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana orang – orang dewasa lanjut harus mengatasi penurunan kesehatan fisik. Seiring dengan menuanya orang dewasa lanjut, mereka mungkin menderiuta penyakit - penyakit kronis dan tentu saja penurunan kapasitas – kapasitas fisiknya. Namun demikian, saat kebanyakan orang – orang dewasa lanjut menderita penyakit – penyakit, beberapa orang menikmati hidup melalui hubungan – hubungan antar manusia yang memberi kesempatan mereka untuk keluar dari kesibukan dengan tubuhnya.
3. Melampaui ego versus kesibukan dengan ego (ego transcendence versus ego preoccupation) merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana orang – orang dewasa lanjut harus menyadari bahwa saat kematian tidak dapat dihindari dan mungkin tidak terlalu jauh, mereka merasa tentram dengan dirinya sendiri dengan menyadari bahwa mereka telah memberi sumbangan untuk masa depan melalui pengasuhan yang kompeten terhadap anak – anah atau melaluipekerjaan dan ide – ide mereka.
4.Tinjauan hidup (life review) adalah suatu tema umum di dalam teori – teori perkembangan kepribadian pada masa dewasa akhir. Tinjauan hidup melibatkan refleksi kembali pada pengalaman – pengalaman kehidupan seseorang, melakukan evaluasi terhadapnya, menafsirkan, dan selalu menafsirkan lagi.
5.Kepuasan hidup, kepuasan hidup mengarah pada kesejahteraan psikologis secara umum. Pendapatan, kesehatan, gaya hidup yang aktif, serta jaringan keluarga dan pertemanan yang dikaitkan dengan jalan yang memungkinkan tercapainya kepuasan hidup orang dewasa lanjut. Orang – orang dewasa lanjut seringkali memiliki persepsi lebih optimis mengenai perkembangan akhir kehidupannya daripada orang – orang dewasa yang berusia muda atau paruh baya.
Pembahasan Kasus
Menurut Teori Sosial
Dari tuturan teori diatas kasus yang di alami nyonya edna sudah mencakup semuanya. Mulai dari teori - teori social.
Pada teori pertama tentang pemisahan, nyonya edna lebih sering menyendiri dan memikirkan dirinya yang telah tua. Dan timbulah kesediahan yang berlanjut dan semakin berlanjut hal ini lah yang menjadi salah satu sebab nyonya edna jatuh sakait dan harus dibawa kerumah sakit.
Pada teori kedua, tentang aktivitas , ketika orang tua banyak beraktivitas akan membuat dia semakin sehat. Seperti apa yang dilakukan nyonya edana. Ketika beliau keluar dari rumah sakit beliau mulai aktif berkomunikasi dengan keluarga dan membuat pesan – pesan indah buat anak – anak dan cucu – cucunya lewat tape recorder. Hal itulah yang membuatnya semakin sehat dan lebih semangat dalam menjalani hidup ini.
Kemudia pada teori ketiga, rekrontruksi gangguan social. Sering menyendirinya nyonya Edna karena kurang dianggap oleh masyarakat dan mungkin kurang dianggap oleh keluarga. Itulah salah satu bentuk pengaruh negative lingkungan pada orang lanjut usia.
Menurut Teori Emosi
Setelah membahas tentang teori social, sekarang kita lihat pula ketetkaitan teori – teori emosi pada orang yang telah masuk dalam usia lanjut.
Yang pertama pada teori emosi, yaitu Integritas versus Keputusasaan (Erikson) Dalam pandangan Erikson, tahun – tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita. Nyonya Edna sering memikirkan tentang masa lalunya. Terkadang dia berpikir apa yang telah dia lakukan dimasa lalu sudah benar atau tidak. Tapi Ericson berharap Melalui beberapa jalan yang berbeda, orang dewasa lanjut bisa mengembangkan suatu harapan yang positif di setiap periode sebelumnya. Jika demikian, pandangan masa lalu (retrospective glances) dan kenangan akan menampakkan suatu gambaran dari kahidupan yang dilewatkan dengan baik, dan seorang dewasa lanjut akan merasa puas (integritas).
Pada teori yang kedua,
a.Diferensiasi versus kesibukan dengan peran (differentiation versus role preoccupation) merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana orang – orang dewasa lanjut, seperti nyonya edna beliau perlu mengejar serangkaian aktivitas yang bernilai. Sperti bermain dengan cucu – cucu nyonya edna dan member pesan baik dengan tape recorder, seperti yang dilakukan nyonya edna.
b.Kekuatiran pada tubuh versus kesibukan dengan tubuh (body tranctendence versus body preoccupation) kekuatiran nyonya edna dengan kulitnya yang telah kriput dan dia merasa sedih ketika melihat hal itu di cermin sehingga membuat nyonya keadaan kesehatan nyonya Edna semakin buruk.
c.Melampaui ego versus kesibukan dengan ego (ego transcendence versus ego preoccupation). Nyonya Edna sadar bahwa dirinya akan meninggal dunia, tapi beliau menghilangkan kecemasan akan hari kematiannya yang akan dating dengan menggunakan cara seperti memberi pesan pada anak – anaknya dan cucu – cucunya lewat tape recorder.
Yang ketiga yaitu Tinjauan hidup (life review), nyonya Edna sering memikirkan masa lalunya refleksi kembali pada pengalaman – pengalaman kehidupan seseorang, melakukan evaluasi terhadapnya, menafsirkan, dan selalu menafsirkan lagi. Terkadang beliau memikirkan kesalahan apa yang telah dia pearbuat dimasa lalu, sehingga membuatnya sedih.
Kemudian yang keempat yaitu kepuasan hidup. Dalam kasus ini nyonya Edna mempuaskan dirinya dengan menyampaikan pesan – pesanya yang bisa didengar ketika beliau telah tiada. Kemudian dia juga puas ketika dia merasa mempunyai dua anak cewek yang hebat dan cucu – cucunya yang lucu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa dewasa akhir, kita melepaskan masa muda dan membiasakan diri untuk hidup sebagai orang – orang dewasa lanjut. Kita memulai pembahasan ini dengan suatu gambaran kasus mengenai seorang wanita usia 75 tahun bernama Edna dan tinjauan kehidupannya.
Pada dasarnya teori – teori yang dipaparkan diatas memiliki keterkaitan anatara yang satu dengan yang lain. Hal ini terbukti hampir semua teori bisa dikaji dalam sebua kasus yang di alami nyonya Edna. Meskipun sebagian teori ada sedikit perbedaan atau pertentangan.
Pada masa Lansia memang dibutuhkan perhatian dari lingkungan, salah satu teori diatas juga menjelaskan kurang adanya respon yang baik dari orang – orang disekitar seperti keluarga dan tetangga sekitar. hal inilah yang semestinya kita pikirkan juga. karena mau tidak mau kita akan menjadi tua atau memasuki masa Lansia.
Agar bisa mengalami proses penuaan yang sukses, kita harus bisa selalu berusaha menjadi lebih baik dan trampil dalam mengatasi masalah – masalah yang ada. Dan yang musti kita pikirkan adalah bahwa masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang adalah dimensi waktu yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia, didunia ini. Dimanakah kita berada ? jelas, kita berada pada masa sekarang. Masa lalu telah menjadi sejarah. Kita hanya bisa mengenangnya, melihat catatan - catatan peristiwa yang ada didalamnya.
Karena itu, perlakukan masa lalu seperti kaca sepion. Cukuplah ia dilihat sekali – kali aja sebagai pemandu. Tugas terbesar kita adalah menjalani masa sekarang dengan penuh kesungguhan dan memandang masa depan dengan penuh perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Santrok, John w. 1995. Life – Span development. Erlangga, Jakarta.
Mansur, Yusuf. 2008. BUAT APA SUSAH ?. PT Karya Kita. Bandung.